Pesawat Batavia Air
Batavia Air Tolak Disebut Mendaratan Darurat
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pesawat Batavia Air Rute Jakarta-Malang bernomor penerbangan Y-6243 yang mengalami masalah di kokpit itu terbang dari Bandara Internasional Soekarno - Hatta dan dijadwalkan sekitar pukul 12.20 WIB mendarat di Bandara Abd Saleh Malang. Namun belum genap sejam di udara, tepatnya pada ketinggian 33.000 kaki, pesawat mengalami gangguan tekanan di kokpit. Akibatnya suhu di ruang kemudi itu tidak stabil.
Akhirnya sang pilot memutuskan mengalihkan pendaratan ke Bandara Internasional Juanda Surabaya dan landing pukul 11.58 WIB. "Pesawat divert di Surabaya karena lebih dekat ke Juanda daripada meneruskan perjalanan ke Malang," kata Airport Duty Manager Juanda, Mulyono kepada Surya.
Menurut Mulyono, pendaratan pesawat berlangsung mulus karena ketika mau mendarat cuaca di langit Sidoarjo kondisinya normal dengan jarak pandang mencapai 1.000 meter. "Kondisi tersebut cukup aman untuk melakukan pendaratan," jelasnya.
Penyebab pendaratan darurat terjadi penurunan tekanan udara di ruang kabin (kokpit) pesawat. Perubahan tersebut menyebabkan udara yang biasanya dingin, tiba-tiba meningkat dan terasa pengap atau sumuk. Dalam kondisi tersebut, jika penerbangan diteruskan ke Bandara Abdurrahman Saleh Malang bisa berbahaya.
Petugas Airport Duty Manager (ADM) Bandara Juanda Mulyono mengatakan, pesawat Batavia Air yang mendarat darurat (istilah dalam penerbangan melakukan divert - mengalihkan pendaratan, Red) membawa 132 orang penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan empat bayi.
Setelah mendarat darurat, pesawat kemudian parkir di apron nomor 20. Hingga Jumat petang pesawat masih terlihat di apron. Karena belum ada kepastian kapan perbaikan pesawat selesai dilakukan, para penumpang akhirnya oleh pihak maskapai melanjutkan perjalanan ke Malang melalui jalur darat dengan menggunakan bus. "Berangkat dari Bandara pada pukul 14.00 WIB," jelas Mulyono.
Untuk penyebab pasti pendaratan darurat? Mulyono mengaku tidak mengetahui. "Masalah itu, silahkan tanya langsung administratur Bandara," sarannya. Namun dari informasi yang disampaikan menara control, pesawar Batavia Air mendarat darurat karena adanya tekanan di ruang kabin. uji
Public Relation Manager Batavia Air Eddy Haryanto mengakui pesawatnya tujuan Malang melakukan pendaratan di Juanda Surabaya. Meski demikian, ia menolak disebut mendarat darurat. Pilot Batavia Air hanya melakukan pengalihan pendaratan atau yang biasa disebut divertion untuk keselamatan penerbangan.
"Bukan mendarat darurat. Hanya pengalihan pendaratan, dan proses pendaratan pun normal. Hal itu dilakukan pilot karena adanya gangguan pada pressurize system," ungkap Eddy.
Diakuinya, perubahan drastis pada tekanan udara di kokpit memang rawan terjadi dan hal itu jamak terjadi pada penerbangan. Hanya saja, jika tidak segera dilakukan penyelamatan, udara dalam pesawat tertekan dan oksigen berkurang. "Oleh karena itu harus segera turun ke safe altitude dan landing di bandara terdekat," ungkap Eddy.
Sebagai wujud pertanggungjawabannya, pihaknya pun langsung mengerahkan dua bus charteran guna mengangkut seluruh penumpang ke Malang.
Sementara itu, District Manager Batavia Air Malang, Pungki Suprapto mengatakan, pendaratan Batavia Air di Bandara Juanda memang mendesak demi keselamatan penumpang.
"Sebenarnya, pada ketinggian penerbangan saat itu, masih aman-aman saja untuk penumpang, tapi alangkah baiknya mendarat guna keselamatan penumpang dan mengecek kerusakan yang terjadi," jelasnya.
Berita Asal Baca di Sumber
http://www.tribunnews.com/2010/12/18/batavia-air-tolak-disebut-mendaratan-darurat