Walau Aman, Pakai Ponsel di Pesawat Masih Ilegal

Walau Aman, Pakai Ponsel di Pesawat Masih Ilegal - Jakarta, Saat ini di beberapa negara penggunaan telepon seluler sudah diperbolehkan. Karena sudah tersedia teknologi di dalam pesawat yang bisa menjamin frekwensi ponsel tidak akan mengganggu komunikasi antara kabin dengan menara kontrol.

Tapi di Indonesia belum bisa. Karena itu walau banyak maskapai yang meminta ijin untuk menerapkan teknologi itu, departemen perhubungan tidak bisa mengabulkannya. Kenapa?

"Di Indonesia ada undang-undang yang melarang penggunaan ponsel di dalam pesawat," kata M Budi Setiawan. "Kita harus patuhi itu dan kami tidak dapat memberi rekomendasi (ke maskapai) untuk mendapatkan sertifikasi Kemenhub," lanjut Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika tersebut.

Berita dan Informasi [ penerbangan ]

Namun karena di beberapa negara sudah ada sertifikasi, tentu kita tidak mungkin terus bersikukuh. Karena itu, dua lembaga bekerjasama untuk mengkaji urusan legalisasi ponsel di pesawat itu.

Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Kementerian Perhubungan menyepakati kerjasama pengaturan pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk keperluan penerbangan tersebut.

"Teknologi penerbangan (sudah) berkembang. Dulu pancaran frekuensi (seluler) bisa mengganggu penerbangan. (Tapi) sekarang, di dalam pesawat juga bisa pakai WiFi," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti, di Jakarta, Jumat.

Herry mengatakan aturan pengamanan penggunaan spektrum frekuensi radio penerbangan terkait sertifikasi pesawat maskapai yang menyediakan teknologi dan memungkinkan penggunaan ponsel di dalamnya.

"Apakah pancaran frekuensi (seluler) mempengaruhi frekuensi penerbangan atau tidak. Jika belum sertifikasi ya belum bisa (layak) dipakai," kata Herry seperti dilaporkan ANTARA News.

Herry mengakui sejumlah maskapai penerbangan telah mengajukan izin penggunaan teknologi yang memungkinkan pemakaian ponsel di pesawat seperti Garuda Indonesia dan Batik Air.

Budi Setiawan menambahkan bahwa sejumlah maskapai asing juga meminta izin untuk mengaktifkan frekuensi radio ponsel di pesawat.

Menurut Budi, spektrum frekuensi radio yang dapat mengganggu komunikasi penerbangan antara pilot dengan Air Trafic Controller (ATC) yaitu radio siaran amatir di darat yang menjangkau frekuensi 117 MHz hingga 137 MHz.

"Kondisi yang rawan gangguan spektrum frekuensi radio itu ketika pesawat akan terbang (take off) dan ketika akan mendarat (landing)," kata Budi.

Nota kesepahaman antara Ditjen SDPPI Kominfo dengan Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub berlaku selama tiga tahun mendatang dan akan diikuti perjanjian antara dua kementerian itu dalam enam bulan mendatang.